1.Urgensi Pengelompokan

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.

Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi.

Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.

Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan sebaliknya (peserta didik yang lambat tidak mengganggu yang cepat), maka dilakukanlah pengelompokan peserta didik . Tidak jarang dalam pengajaran yang menggunakan sistem klasikal, peserta didik yang lambat, tidak akan dapat mengejar peserta didik yang cepat.

2.Makna Pengelompokan
Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah pengklasifikasian (clasification).

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pengelompokan bukan dimaksudkan untuk mengkotak-kotakkan peserta didik, melainkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian malah tidak tercapai, maka peserta didik justru tidak perlu dikelompokan atau digolong-golongkan.

Dengan adanya pengelompokan peserta didik juga akan mudah dikenali. Sebab, tidak jarang, peserta didik di dalam kelas, berada dalam keadaan heterogen dan bukannya homogen. Tentu, heterogenitas demikian, seberapa dapat diketahui tingkatannya sangat bergantung kemampuan diskriminan alat ukur yang digunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat kemampun membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkat heterogenitas peserta didik yang ada di sekolah.

Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta didik antara lain adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat dipergunakan untuk membedakan peserta didik. Tes kemampuan umum seperti tes kemampuan verbal dan numerikal, dapat dipergunakan untuk membedakan kemapuan umum peserta didik. Tes keklerekan dapat dipergunakan untuk membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan untuk membedakan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat dipergunakan untuk membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dipergunakan untuk membedakan integritas dan kepribadian peserta didik. Dan, masih banyak lagi jenis-jenis tes lain yang dapat membedakan kemampuan peserta didik.

3.Jenis-Jenis Pengelompokan Peserta Didik
Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik yang dikemukakan oleh para ahli. Mitchun (1960) mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama, ia namai dengan ability grouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-grouping with in the class. Yang dimaksud ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub- grouping with in the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.

Pengelompokan yang didasarkan atas kemapuan adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai. Sementara pengelompokan dalam setting kelas adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberpa kelompok kecil. Pengelompokan ini juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok.

Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu. Ada beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu: interest grouping, special-need grouping, team grouping, tutorial grouping, research grouping, full-class grouping, combined- class grouping.

a. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Yang dimaksud dengan interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik. Peserta didik yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.

b.Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)
Yang dimaksud dengan special need grouping, adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru untuk belajar ketrampilan khusus.

c. Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Yang dimaksdud dengan team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-masalah khusus.

d. Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Yang dimaksud dengan tutorial grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati terebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.

e. Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Yang dimaksud dengan research grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas. Bagaimana cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.

f. Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class Grouping)
Yang dimaksud dengan ful-class grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja kelompok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.

g. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Yang dimaksud dengan combined class grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV dan media audio visual lainnya.

Menurut Regan (1996), ada 7 macam pengelompokan atau grouping. Pengelompokan yang dikemukakan oleh Regan tersebut didasarkan atas realitas pendidikan di sekolah dasar. Ketujuh pengelompokan tersebut adalah: the non grade elementary school, muli grade and multi age grouping, the dual progress plan, self-contained classroom, team teaching, departementalisasi dan ability grouping.

h. SD Tanpa Tingkat (The Non Grade Elementary School)
Yang dimaksud dengan the non grade elementary school adalah sekolah dasar tanpa tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu peserta didiknya. Bahkan peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan mereka yang angkatan masuknya tidak sama.
Pada sistem demikian, tidak ada peserta didik yang dinyatakan naik tingkat dan peserta didik yang tidak naik tingkat. Sebab, tingkat itu sendiri, dalam sistem yang demikian tidak dikenal. Adanya kelas, tidak menunjukkan tingkatannya, melainkan lebih dipandang sebagai kode atau ruang kelas.

Sistem sekolah dasar tanpa tingkat ini, menggunakan sistem pengajaran secara kelompok, di mana seorang guru melayani kelompok-kelompok yang anggota kelompok tersebut mempunyai kemajuan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Mereka mempunyai kesamaan demikian, tidak saja yang berada satu angktan melainkan dapatbjuga dari angkatan tahun yang berbeda-beda.

Adapun keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:

1)Secara psikologis, kebutuhan peserta didik terpenuhi, karena tidak pernah dipaksa untuk melaksanakan sesuatu ang dia sendiri tidak bisa, tidak suka dan tidak mampu.

2)Peserta didik tidak bosan, oleh karena pengajaran yang diberikan diesuikan dengan minat dan kemampuannya.

3)Peserta didik akan dapat dibantu sesuai dengan tingkat dan keceptan perkembangannya.

4)Peserta didik akan puas, oleh karena apa yang ia dapatkan sesui benar dengan yang mereka inginkan.

5)Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya, karena di antara mereka tidak terjadi perbedaan interpretasi (mis-intepretation).

6)Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang terbaik.

Disamping ada kelebihan-kelebihan pengelompokan jenis ini, ada juga kekurangan-kekurangannya, yaitu:

1)Sangat sulit pengadministrasiannya, karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.

2)Menyulitkan mutasi peserta didik ke sekolah lain, terutama jika peserta didik harus pindah ke sekolah lain yang menggunakan sisitem tingkat. Tidak hanya itu, peserta didik juga akan sulit mutasi jika di sekolah lain tersebut, jenis pengelompokannya tidak sama dengan sekolah asal.

3)Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas yang banyak. Tenaga yang tersedia didasarkan atas jumlah kelas atau tingkat yang ada, melainkan berdasarkan banyaknya kelompok yang relatif lebih banyak jumlahnya.

4)Membutuhkan guru yang tinggi tingkatan komitmen dan tingkat kecermatannya, sebab hanya demikian akan dapat mengetahui karakteristik peserta didik secara individual.

5)Karena segalanya banak bergantung kepada peserta didik, maka sulit mengharapkan tercapainya kompetensi yang diharapkan. Sebab, kompetensi haruslah dirancang berdasarkan seperangkat pengalaman belajar tertentu.

i.Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multi-Age Grouping)
Yang dimaksud dengan mutigrade and mult- age grouping adalah pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia. Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang menggunakan sistem tingkat. Pada pengelompokan demikian, peserta didik berbeda usianya, dikelompokkan dalam tempat yang sama. Mereka berinteraksi dan belajar bersama-sama.

Adapun keuntungan pada sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
1)Mendorong cepatnya sosialisasi peserta didik dengan lingkungan sebayanya.

2)Peserta didik yang berada pada tingkat-tingkat awal dan yang relatif lebih sedikit usianya akan dapat belajar banyak kepada peserta didik yang lebih tinggi tingkatannya, dan lebih tua usianya.

3)Peserta didik yang usianya lebih muda dan lebih rendah tingktannya, jika mempunyai kemampuan yang tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan diri.

4)Heterogenitas peserta didik dalam pengelompokan demikian, akan mendorong kuatnya kompetisi mereka. Hal demikian akan sangat menguntungkan bagi pemacuan prestasi.

Sedangkan kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
1)Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya, dan yang lebih rendah tingkatan usianya, akan merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi usia dan tingkatannya. Hal demikian bisa kurang menguntungkan, lebih-lebih jika mereka mempunyai kemampuan rendah. Pemaksaan demikian, tidak jarang menjadikan peserta didik yang tertinggal akan kian frustasi.

2)Peserta didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatannya, akan menjadi malas jika mendapati bahwa anggota kelompok lain yang berasal dari usia dan tingkat yang lebih rendah ternyata tidak dapat berbuat banyak untuk kelompoknya. Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi kemampuannya, akan merasa dirinantersaingi dan bisa menjatuhkan privacy-nya.

j.Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The Dual Progress Plan Grouping)
Yang dimaksud dengan the duel progress plan grouping adalah sistem pengelompokan kemajuan rangkap. Sistem pengelompokan demikian dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kemampuan individual di setiap umur dan setiap tingkat. Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas guru sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Dengan sendirinya, sistem pengelompokan demikian, sebanyak ragam dan heterogenitas peserta didik di sekolah tersebut. Semakin heterogen kelompok semakin banyak; sebaliknya semakin homogen semakin sedikit. Homogenitas dan heterogenitas demikian lebih diaksuentasikan kepada bakat peserta didik. Dengan demikian, layanan yang diberikan oleh guru lebih banyak diaksuentasikan kepada bakat khusus yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap demikian ini adalah sebagai berikut:

1)Guru lebih banyak mengenal peserta didiknya, oleh karena layanan yang diberikan bersifat individual.

2)Layanan yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan, karena lebih diarahkan pada pelayanan bakat khusus peserta didik.

3)Peserta didik semakin mengenal lebih dekat mengenai gurunya. Hal demikian sangat bermanfaat terutama dalam hal memahami watak, kepribadian dan cara mengajarnya.

4)Peserta didik yang tampak menonjol bakat khususnya akan cepat maju oleh karena secepat mungkin mendapatkan layanan dari gurunya. Kecepatan untuk maju ini juga didukung oleh layanan pembinaan yang terarah dari gurunya terhadap bakat khusus yang tampak menonjol tersebut.

Sementara itu, kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah sebagai berikut:
1)Layanan yang diberikan oleh guru kepada seluruh peserta didik menjadi terbatas. Disamping disebabkan oleh jumlah kelompok yang sangat banyak, waktu guru yang terbatas banyak dihabiskan untuk menyusun strategi penyampaian kepada masing-masing kelompok yang beraneka tuntutan dan kebutuhan.

2)Peserta didik sedikit kemungkinannya untuk maju secara kontinyu oleh karena peserta didik tidak memenuhi standar untuk naik tingkat harus mengulangi tugas-tugas guru sejak awal di tingkatnya.

k. Penempatan Sekelompok Siswa pada Seorang Guru (Self-contained Classroom)
Yang dimaksud dengan self-contained classroom adalah penempatan sekelompok peserta didik pada seorang guru sementara itu, sekelompok peserta didik yang lainnya ditempatkan pada guru lainnya.

Beberpa keuntungan self-contained classroom adalah:
1)Guru akan mengenal peserta didik lebih mendalam, oleh karena lebih banak bertanggungjawab terhadap kelompok peserta didik yang diajar.

2)Peserta didik akan lebih leluasa berpartisipasi dalam kelompoknya.

3)Waktu yang dipergunakan pengajaran relatif lebih fleksibel.

4)Guru akan banyak membantu terhadap kelompok yang menjadi tanggung jawabnya.

5)Memungkinkan kompetisi yang sehat antara kelompok satu dengan kelompok lain, hal ini akan memacu kemajuan kelompok.

Sedangkan kekurangannya adalah:
1)Peserta didik hanya mendapatkan pengalaman dari seorang guru. Pada hal, pengalaman dari banyak guru sangat penting bagi mereka. Peserta didik sesungguhnya sangat membutuhkan pengalaman dari banyak guru.

2)Pengelompokan ini, mengharuskan guru menguasai banyak bidang secara general. Pada hal, penguasaan yang luas menyangkut banyak bidang, menjadikannya tidak mendalam terhadap yang ia kuasai. Bagaimanapun, kemampuan guru terbatas.

3)Oleh karena guru lebih banak berkelompok dengan peserta didiknya yang menjadi kelompoknya sendiri, bisa jadi guru terisolasi dengan sejawat guru yang lainnya.

4)Banyaknya bidang yang harus dikuasai oleh guru, mengharuskan guru mengadakan persiapan terus-menerus, sehingga waktu guru lebih banyak dipergunakan untuk persiapan.

l. Pembelajaran Beregu (Team Teaching)
Yang dimaksud dengan team teaching adalah suatu pengelompokan yang di dalamnya ada sekelompok peserta didik dibelajarkan oleh guru secara tim. Dalam pembelajaran ini, guru lebih membatasi diri pada kapasitas keahliannya, dan sama sekali tidak mengajarkan apa yang ada di luar keahliannya. Hal demikian dapat terjadi, oleh karena tidak jarang satu mata pelajaran atau bidang studi, membutuhkan keahliannya yang bermacam-macam.

Dalam suatu tim, guru merancang pembelajaran secara bersama-sama dengan anggota timnya, dan mengadakan pembagian yang jelas antara apa yang harus ia kerjakan sendiri, apa yang harus dikerjakan oleh anggota tim yang lain, dan apa yang harus dikerjakan secara bersama-sama secara tim. Peserta didik, dalam pembelajaran ini akan mendapatkan sesuatu dalam perspektif yang lebih luas, mengingat sesuatu yang dipelajari, dikemukakan oleh guru dari berbagai macam perspektif keahlian.

Keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah:
1)Setiap angota tim pembelajar, akan bekeja sesuai dengan sudut pandang keahliannya. Hal ini tidak saja bermanfaat bagi peserta didiknya yang mendapatkan pengetahuan dari perspektif ang lebih luas, melainkan juga bermanfaat bagi guru itu sendiri. Guru-guru ang terlibat dala tim, kerena terus-menerus mengembangkan spesialisasinya, akhirnya mereka nantinya akan ahli benar dalam bidangnya.

2)Oleh karena merupaka kerja tim, maka jika guru yang satu berhalangan dengan mudah dapat digantikan oleh guru lain yang tidak berhalangan; dengan demikian, tidak terjadi kekosongan guru.

Sedangkan kekurangannya adalah:
1)Jika anggota tim tidak baik kerja samanya, tidak mustahil justru menggagalkan pembelajaran tim.

2)Banyak waktu yang dipergunakan untuk merencanakan kerja tim, terutama jika disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik.

3)Dalam operasinya memerlukan tempat dan ruang khusus.

m.Departementalisasi
Yang dimaksud dengan departementalisasi adalah suatu sistem pengelompokan peserta didik, yang di dalamnya guru hanya mengkhususkan diri pada mata pelajaran tertentu. Oleh karena guru hanya mengkhususkan diri pada mata pelajaran tertentu, maka yang mereka ajarkan hanyalah mata pelajaran tertentu juga.

Beberpa keuntungan sistem pengelompokan deprtementalisasi adalah sebagai berikut:
1)Guru akan lebih kompeten mengajarnya, oleh karena ia mendalami terhadap apa yang akan mereka ajarkan. Kompetensi mereka setidak-tidaknya pada penguasaan bahan ajaran.

2)Peserta didik mendapatkan pengetahuan yang dalam dan menyakinkan, oleh karena yang memberikan adalah mereka yang benar-benar ahli di bidangnya.

Kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah:
1)Mengingat guru terpacu dengan keahliannya sendiri, maka pada saat guru yang lain tidak hadir, dia tidak bisa menggatikannya.

2)Kecenderungan guru untuk merasa ahli di bidangnya bisa menjadi penyebab yang bersangkutan bisa merasa tidak perlu belajar lagi. Hal ini akan menyebabkan guru tersebut semakin tertinggal dengan laju pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk yang berada di bidangnya.

3)Guru cenderung menganggap bahwa keahliannya lebih penting dibangdingkan dengan keahlian orang lain. Hal ini bisa menjadi penyebab dia berambisi secara sektoral terhadap ilmunya sendiri, dan lebih lanjut ia menganggap bahwa keahliannyalah yang lebih penting untuk diajarkan. Ada efek pengiring sikap guru ini terhadap peserta didiknya, yaitu peserta didik akan serupa dengan gurunya.

n.Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan (Ability Grouping)
Yang dimasksud dengan ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan peserta didik. Peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama ditempatkan pada kelompok yang sama. Peserta didik yang sama-sama tinggi kemampuannya ditempatkan pada kelompok yang kemampuannya tinggi, sementara peserta didik yang kemampuannya rendah ditempatkan dalam kelompok peserta didik yang berkemampuan rendah.

Keuntungan ability grouping adalah:
1)Guru akan mudah menyesuaikan pengajarannya sesuai dengan kemampuan peserta didiknya.

2)Peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih tingi, tidak merasa terhambat perkembangannya oleh peserta didik yang berkemampuan rendah.

3)Peserta didik yang mempunyai kemampuan sama akan dapat saling mengisi, sehingga semakin mempercepat perkembangan dan mempertinggi kemampuan mereka.

4)Peserta didik yang berkemampuan rendah tidak merasa tertinggal jauh dengan anggota kelompoknya, hal ini bisa menjadikan mereka frustasi.

Kelemahan ability grouping adalah:
1)Guru harus membuat persiapan yang berbeda-beda, ada rancangan pembelajaran yang dikhususkan untuk peserta didik berkemampuan rendah, dan ada yang dikhususkan untuk peserta didik yang berkemempuan tinggi.

2)Peserta didik merasa terganggu privacy-nya jika dimasukkan kedalam kelompok inferior.

3)Peserta didik yang masuk ke dalam kelompok superior merasa dirinya lebih dan sombong serta suka membanggakan diri.

Sapartinah Pakasi, melaluai eksperimentasi di Sekolah Dasar Laboratorium IKIP Malang (kini Universitas Negeri Malang), mengelompokkan peserta didiknya berdasarkan prestasi belajarnya di kelas. Pengelompokan demikian ia namai dengan achievement grouping. Dengan adanya pengelompokan demikian, maka peserta didik yang berprestasi tinggi dikelompokkan dengan peserta didik yang berprestasi tinggi, sementara yang berprestasi rendah, dikelompokkan ke dalam yang berprestasi rendah.

Ada tiga macam pengelompokan yang didasarkan atas achievement grouping ini, yaitu: kelompok untuk peserta didik yang cepat berpikir, kelompok untuk peserta didik yang sedang dan kelompok untuk peserta didik yang lambat belajar. Yeager (1994) mengemukakan bahwa pengelompokan dapat didasarkan atas fungsi perbedaan. Pengelompokan menurut fungsi integrasi adalah pengelompokan yang didasarkan atas kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik. Pengelompokan tersebut meliputi, yang didasarka atas umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Pengelompokan ini melahirkan pembelajaran yang bersifat klasikal.

Pengelompokan yang didasarkan atas fungsi perbedaan adalah yang diaksentuasikan pada perbedaan individual peserta didik. Pengelompokan menurut fungsi perbedaan demikian, melahirkan pembelajaran individual.

Hendyat Soetopo (1982) mengemukakan empat dasar pengelompokan peserta didik, yaitu: friendship grouping, achievement grouping, aptitude grouping, attention or interest grouping dan intelegen grouping.

a. Pengelompokan Berdasarkan Kesukaan Memilih Teman (Friendship Grouping)
Yang dimaksud dengan friednship grouping adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kesukaan memilih teman. Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk memilih anggota kelompoknya sendiri serta menetapkan orang-orang yang dijadikan sebagai pemimpin kelompoknya.

Ada kecenderungan, pengelompokan demikian menjadikan peserta didik yang pandai cenderung memilih temannya yang pandai sebagai anggota kelompoknya. Tidak jarang, mereka yang tidak pandai juga mendapatkan angota kelompok yang tidak pandai. Pada hal, kualitas suatu kelompok ditentukan juga oleh bobot masing-masing anggotanya.

b. Pengelompokan Berdasarkan Prestasi (Achievement Grouping)
Achievement grouping adalah suatu pengelompokan yang didasarkan atas pretasi peserta didik. Secara jelas, pengelompokan demikian telah diuraikan diatas.

c. Pengelompokan Berdasarkan Bakat (Aptitude Grouping)
Aptitude grouping adalah suatu pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kemampuan dan bakat mereka.

d. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Attention or Interest Grouping)
Attention or interest grouping adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas perhatian mereka atau minat mereka. Pengelompokan demikian dilakukan, oleh karena tidak semua peserta didik yang berbakat mengenai sesuatu dan sekaligus juga meminatinya. Tidak semua peserta didik yang mampu sesuatu sekaligus juga meminatinya.

e. Pengelompokan Berdasarkan Kecerdasan (Intelegence Grouping)
Intelegence grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas hasil tes kecerdasan atau intele


Written by: Prof. Dr. Moh. Khusnuridlo, M.Pd.